Mengajarkan Empati Melalui Pemikiran Desain

Walaupun empati merupakan langkah pertama dalam proses berpikir desain, jaga agar siswa Anda tetap fokus pada elemen penting ini saat mereka bergerak melalui definisi, ide, pembuatan prototipe, dan pengujian.

Di era kreator, pembuat, dan inovator, kita terlalu sering mendengar konsep design thinking . Apa itu design thinking? Yang lebih penting, dapatkah design thinking membantu Anda sebagai pendidik di kelas?

Pemikiran desain adalah sebuah konsep yang berpusat pada penerapan kreativitas dan inovasi pada tindakan, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah kita sebagai manusia. Lebih penting lagi, pemikiran desain berfokus pada dampak pemikiran kreatif dan inovatif ini terhadap individu. Sebagai sebuah konsep, pemikiran desain dapat digunakan secara pedagogis untuk meningkatkan praktik pengajaran kita. Sebagai alat, pemikiran desain dapat digunakan untuk menumbuhkan dan mengajarkan empati di kelas.

Prinsip inti dari design thinking adalah berempati, mendefinisikan, mengideasi, membuat prototipe, dan menguji. Mengajarkan design thinking dapat menjadi cara yang ampuh untuk mengajarkan empati kepada siswa karena mengajarkan mereka cara memecahkan masalah orang lain dengan memberikan solusi kreatif dan inovatif yang sesuai dengan kebutuhannya.

Untuk mempraktekkannya bersama siswa, identifikasi masalah yang perlu Anda selesaikan di lingkungan Anda sendiri. Sebagai sebuah kelas, Anda dapat memilih untuk mengerjakan satu masalah dan meminta siswa untuk menemukan solusinya sendiri, atau siswa dapat memilih masalah mereka sendiri dan berusaha mengidentifikasi solusi melalui langkah-langkah di bawah ini.

1. Berempati

Empati merupakan langkah pertama dalam pemikiran desain karena merupakan keterampilan yang memungkinkan kita memahami dan berbagi perasaan yang sama dengan yang dirasakan orang lain. Melalui empati, kita mampu menempatkan diri kita pada posisi orang lain dan memahami apa yang mungkin mereka rasakan tentang masalah, keadaan, atau situasi mereka. Beberapa pertanyaan yang perlu dipertimbangkan:

  • Apa yang sedang dirasakan orang tersebut?
  • Tindakan atau kata-kata apa yang menunjukkan perasaan ini?
  • Bisakah Anda mengidentifikasi perasaan mereka melalui kata-kata?
  • Kata-kata apa yang akan Anda gunakan untuk menggambarkan perasaan mereka?
  • Ini hanyalah beberapa pertanyaan panduan yang dapat direnungkan siswa untuk mengidentifikasi masalah dan bagaimana perasaan orang lain tentang hal itu.

2. Definisikan

Langkah selanjutnya adalah mendefinisikan perasaan-perasaan di atas dan mengidentifikasi masalah utama yang harus dipecahkan. Penting bagi siswa untuk menggunakan bahasa yang dapat diidentifikasi, positif, bermakna, dan dapat ditindaklanjuti selama proses ini. Alih-alih berfokus pada sisi negatif masalah dan kurangnya pilihan, arahkan siswa untuk menggunakan bahasa yang positif, empatik, dan akan mengarahkan mereka ke arah pemikiran berbasis solusi. Mendefinisikan masalah adalah bagian dari proses pembentukan sudut pandang — sudut pandang kita sendiri dan orang lain — tentang masalah tersebut. Oleh karena itu, kerangka berpikir harus menginspirasi kelompok, siswa, atau seluruh kelas untuk menemukan solusi.

3. Berideasi

Proses ini adalah tempat munculnya ide. Siswa dapat belajar berempati di sini saat Anda mengajarkan mereka cara-cara baru dan berbeda untuk menemukan solusi atas suatu masalah — tidak ada satu cara yang benar untuk menghasilkan ide yang hebat. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat Anda dorong:

  • Pemetaan Pikiran
  • Curah pendapat
  • Catatan Sketsa
  • Penyerbuan tubuh
  • Pertanyaan

Proses ini membantu siswa melihat berbagai hal dari berbagai sudut pandang. Proses ini memungkinkan mereka untuk melangkah keluar dari apa yang mereka anggap sebagai solusi yang jelas dan sebagai gantinya menghasilkan ide-ide di luar ranah mereka sendiri.

4. Prototipe

Pada tahap pembuatan prototipe, siswa dapat membuat dan menciptakan solusi untuk masalah tersebut. Empati membantu mereka melihat bahwa mereka berada di langkah pertama dalam proses yang lebih panjang. Sebuah prototipe dapat diubah, dimodifikasi, dievaluasi ulang, dan dibuat ulang berkali-kali berdasarkan kebutuhan pengguna (baik siswa itu sendiri maupun orang lain). Proses ini juga membantu siswa untuk menyadari bahwa kegagalan adalah bagian dari pembelajaran, dan bahwa kegagalan itu wajar. Namun, kegagalan perlu dianalisis agar kita dapat belajar dan berkembang dari kesalahan kita. Ajukan pertanyaan berikut:

  • Mengapa kita gagal?
  • Apa yang berhasil?
  • Apa yang tidak berhasil?
  • Bagaimana kami dapat meningkatkan layanan untuk membantu pengguna di lain waktu?
  • Apakah solusi ini layak? Apakah dapat dikelola?
  • Apakah perubahan ini dirancang dengan mempertimbangkan pengguna?

5. Uji coba

Selama pengujian, empati memainkan peran kunci dalam membentuk pengalaman pengguna. Fokuslah pada menunjukkan dan bukan memberi tahu. Ini membantu pengguna untuk menciptakan pengalaman mereka sendiri, dan juga membantu kita mengidentifikasi cara meningkatkan pengalaman mereka di lain waktu. Kesempatan untuk berempati penting pada tahap ini, karena seseorang dapat melihat pengalaman pengguna dan mendengar pikiran, perasaan, dan idenya. Pengujian juga membantu membentuk sudut pandang kita sehubungan dengan sudut pandang pengguna.

Pemikiran desain untuk mengajarkan empati dapat diterapkan pada banyak masalah yang muncul di kelas dan membantu mendorong siswa untuk berpikir berbasis solusi — sebuah proses yang berfokus pada kepositifan, umpan balik, pengulangan, dan empati. Jika Anda tertarik untuk menerapkan pemikiran desain di kelas Anda, kunjungi Design Thinking for Educators untuk beberapa sumber daya gratis.

Related Posts

PBL di Kelas Dasar Awal

Menetapkan pembelajaran berbasis proyek dengan siswa muda bisa menjadi tantangan, namun hal ini sepadan dengan usaha yang dikeluarkan, menurut guru kelas satu di seluruh AS Melakukan perubahan pada pengajaran di…

5 Tips untuk Memulai PBL di Kelas Matematika

Petunjuk bagi guru matematika di sekolah menengah pertama dan atas yang memiliki kekhawatiran tentang penerapan pembelajaran berbasis proyek di kelas mereka. Ketika tahun ajaran baru dimulai di Oklahoma City, siswa…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *