National Geographic Society memiliki model PBL lima langkah dan pustaka sumber daya untuk mendorong pembelajaran mendalam baik siswa di sekolah maupun di rumah.
Ketika gedung sekolah ditutup pada awal pandemi Covid-19, para pendidik dan siswa di seluruh dunia tiba-tiba memasuki wilayah baru. Bagi banyak orang, ini adalah pengalaman pertama mereka mengajar jarak jauh, dan bagi sebagian orang, hal itu disertai dengan tantangan. Seperti yang dikatakan seorang pendidik , “Rasanya sepi. Rasanya berbeda. Rasanya tidak seperti apa pun yang pernah saya alami.”
Para pendidik dan siswa harus menemukan cara inovatif untuk terhubung dengan keluarga, berkolaborasi dengan teman sebaya, dan melibatkan siswa dalam pembelajaran yang bermakna. Mereka seperti penjelajah dalam sebuah ekspedisi, menjelajahi dan memecahkan masalah di lanskap yang asing dan menantang, dan sering kali tanpa alat yang mereka butuhkan.
Saat para pemimpin negara bagian, distrik, dan sekolah menentukan pendekatan yang paling aman dan terbaik untuk tahun ajaran 2020–21, baik itu siswa yang belajar dari jarak jauh, secara langsung dengan persyaratan menjaga jarak sosial, atau melalui model hibrida, satu hal yang pasti: Sekolah akan terlihat berbeda. Sementara para pendidik dan kaum muda terus maju dalam kenormalan baru ini, keterampilan seperti kemampuan beradaptasi, kreativitas, dan kolaborasi sangat penting saat mereka menghadapi tantangan yang ada di depan. Keterampilan ini mencerminkan keyakinan dan nilai inti National Geographic Society dan merupakan bagian penting dalam mengembangkan pola pikir seorang penjelajah.
Salah satu cara untuk menumbuhkan pola pikir penjelajah—terlepas dari di mana dan bagaimana siswa belajar—adalah melalui pembelajaran berbasis proyek (PBL). Pembelajaran berbasis proyek melibatkan siswa dalam pekerjaan mandiri seperti penelitian yang dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, serta bekerja dengan teman sebaya, yang dapat terjadi secara langsung atau virtual. Inilah salah satu alasan mengapa PBL sangat cocok untuk lingkungan pembelajaran hibrida di mana beberapa pelajar bekerja secara mandiri di rumah, sementara yang lain bekerja secara kolaboratif di kelas. Alasan lainnya adalah bahwa PBL memberi pelajar kesempatan untuk mengembangkan keterampilan kritis seumur hidup dengan cara yang efisien, yang semakin penting karena banyak sekolah menerapkan jadwal yang dipersingkat. Kami mendengar dari beberapa guru di Komunitas Pendidik National Geographic bahwa pendekatan berbasis proyek telah membantu siswa mereka dan mereka membuat transisi yang lebih lancar ke pembelajaran virtual.
Proses Geo-Inquiry dari National Geographic Society menawarkan suatu cara yang dapat digunakan oleh para pendidik untuk membimbing semua siswa, dalam situasi apa pun, dalam pembelajaran yang membantu mereka mengembangkan pola pikir penjelajah di tahun ajaran berikutnya dan seterusnya. Ada lima langkah dalam proses ini.
Panduan Langkah demi Langkah untuk Proses Geo-Inquiry
1. Bertanya: Buatlah pertanyaan. Pendidik mendorong siswa untuk mengeksplorasi isu-isu yang menarik dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong. Pertanyaan-pertanyaan ini penting bagi para penjelajah dan kaum muda untuk dipertimbangkan saat mereka berusaha memahami dunia. Seorang siswa dapat bertanya, misalnya: Apa dampak ketidakadilan rasial di komunitas saya? Mengapa hal itu terjadi di sana? Apa yang dapat kita lakukan?
2. Kumpulkan: Kumpulkan informasi. Selanjutnya, siswa meneliti dan mengumpulkan data untuk merumuskan hipotesis atas pertanyaan mereka. Hal ini dapat dilakukan melalui penyelidikan sumber daring, melakukan wawancara dengan anggota masyarakat dan pakar, mengisi survei daring, mengambil foto, dan melakukan pengukuran dan pengamatan lapangan (dari jarak yang aman).
3. Visualisasikan: Susun dan analisis informasi. Setelah siswa memperoleh data dan informasi, pendidik dapat membantu mereka memvisualisasikan data dengan cara yang menarik, seperti peta atau grafik, yang menyampaikan pemahaman mereka tentang masalah tersebut dan mendukungnya dengan bukti. Misalnya, seorang siswa yang menyelesaikan proyek tentang pandemi Covid-19 di komunitas mereka dapat membuat peta berkode warna untuk menampilkan jumlah kasus di berbagai lingkungafn serta diagram batang yang menunjukkan usia atau pendapatan rata-rata di area tersebut.
4. Buat: Kembangkan cerita. Dengan menganalisis informasi yang dikumpulkan, siswa menunjukkan jawaban atas pertanyaan penyelidikan mereka melalui berbagai cara bercerita. Bagian penting dari proses pembuatan cerita adalah mengidentifikasi hasil apa yang ingin mereka capai berdasarkan temuan mereka, dan audiens mana yang mungkin perlu mereka jangkau agar hasil tersebut tercapai.
5. Bertindak: Berbagi cerita. Pada langkah terakhir, siswa mengambil tindakan dengan berbagi cerita mereka. Sekali lagi, pembelajaran jarak jauh dapat mengakomodasi berbagai pilihan bercerita. Mereka dapat memilih untuk menyelenggarakan seminar daring, membuat situs web, atau membuat video untuk menyajikan temuan dan analisis mereka.
Proses Geo-Inquiry adalah model yang dapat diterapkan pada mata pelajaran apa pun, dan bahkan beberapa mata pelajaran sekaligus. Misalnya, siswa dapat mengeksplorasi sistem dan mikroba dalam tubuh manusia dari perspektif ilmiah, serta melalui sudut pandang budaya tentang bagaimana masyarakat menyebarkan dan menahan wabah penyakit menular. Pendekatan interdisipliner semacam itu memungkinkan kolaborasi di antara para pendidik dan kesempatan belajar multidimensi bagi kaum muda.
Tahun ajaran ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, guru ingin membangkitkan rasa ingin tahu siswa dan membantu mereka memperdalam pemahaman mereka tentang dunia. Melalui pembelajaran berbasis proyek, para pendidik dapat membantu kaum muda menumbuhkan pola pikir penjelajah dan membekali mereka dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk mencari solusi bagi masalah-masalah dunia yang paling mendesak. Seperti yang dikatakan salah seorang penjelajah muda kita, “Kaum muda adalah sumber harapan yang paling belum dimanfaatkan di dunia.” Mari kita dorong mereka untuk bertanya, mengumpulkan, memvisualisasikan, menciptakan, dan bertindak.